10votes, 29 comments. Ada gak tv series Indonesia tentang jaman kerajaan atau cerita dongeng gitu. Tapi bukan norak kaya yang di Indosiar xD. Press J to jump to the feed. Press question mark to learn the rest of the keyboard shortcuts User account menu. 10. Movie atau tv series tentang history Indonesia (kerajaan) Question. Close. 10
Jadisaya mau tanya dimana tempat pelatihan kerja dalam bidang/kahlian spesifik yg bersertifikasi dan membantu dalam mencari kerja. Press J to jump to the feed. Press question mark to learn the rest of the keyboard shortcuts. Search within r/indonesia. r/indonesia.
Metodeyang digunakan adalah mengumpulkan cerita/tombo yang ada di masyarakat dan penelusuran fakta yang mendukung tombo tersebut. Kerajaan tertua di Pulau Jawa berdasarkan bukti arkeologis adalah kerajaan Salakanegara dibangun abad ke-2 Masehi yang terletak di Pantai Teluk Lada, Pandeglang Banten. Diduga kuat mereka berimigrasi dari Sumatra.
Setelahmenjadi sebuah Istana kadipaten, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, yakni Niken Sulastri, sedang adiknya, Suromenggolo, tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah babad legenda "Pramana Raga".
TerungkapSejarah Kerajaan Madangkara Dan Masa KemasanyaTerungkap Sejarah Kerajaan Madangkara Dan Masa KemasanyaTerungkap Sejarah Kerajaan Madangkara Dan Mas
Kerajaanmajapahit terletak dimana? JAWABAN. Secara geografis, kerajaan Majapahit terletak di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Di periode awal berdirinya atau pada masa pemerintahan Raden Wijaya, lokasi alias letak pusat Kerajaan Majapahit berada di Mojokerto, Jawa Timur. Oleh Sri Jayanegara (1309-1328) yang merupakan penerus Raden Wijaya
u5gx. - Kerajaan Kutai Kartanegara berbeda degan Kerajaan Kutai Martadipura yang berdir sejak abad ke-4 Masehi. Kerajaan Kutai Kartanegara adalah kerajaan bercorak Hindu yang didirikan pada 1300 M di Tepian Batu atau Kutai Lama. Pendiri kerajaan Kutai Kartanegara adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti, yang berkuasa antara 1300-1325 ini berubah menjadi kesultanan Islam pada 1575, ketika di bawah kekuasaan Aji Raja Mahkota Mulia Alam. Pada 1635, kerajaan ini berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura yang kala itu diperintah oleh Maharaja Dharma Setia. Sejak saat itu, raja mengubah nama kerajaannya menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Pada 1300 Kerajaan Kutai Kartanegara didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti yang sekaligus menjadi raja pertamanya hingga 1325 M. Letak kerajaan bercorak hindu ini berdekatan dengan Kerajaan Kutai Martadipura, yang lebih dulu berdiri kawasan Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Akibatnya, sering terjadi perselisihan yang akhirnya memuncak pada abad ke-17 ketika kedua kerajaan terlibat perang. Di bawah Raja Pangeran Sinum Panji Mendapa, Kutai Kartanegara, yang telah berubah menjadi kerajaan Islam, berhasil menaklukkan Kutai Martadipura. Di saat yang sama, Kerajaan Kutai Kartanegara terpaksa tunduk sebagai kerajaan bawahan Kesultanan Banjar. Baca juga Kerajaan Kutai Masa Kejayaan, Silsilah Raja, dan Peninggalan Berubah menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Aji Raja Mahkota Mulia Alam, yang berkuasa antara 1545-1610 adalah raja Kerajaan Kutai Kartanegara pertama yang memeluk Islam, yakni pada 1575. Namun, Islam baru benar-benar diterima secara luas pada abad ke-17, ketika dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan dari Makassar. Karena raja telah memeluk Islam, ia segera membangun sebuah masjid dan membuka pengajaran Islam. Selanjutnya, banyak nama Islami yang akhirnya digunakan oleh raja dan keluarganya. Sebutan raja pun diganti dengan sultan, dan penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islam adalah Sultan Aji Muhammad Idris 1735-1739. Sultan Aji Muhammad Idris kemudian memindahkan ibu kota kerajaan dari Kutai Lama ke itu, Sultan Idris dikenal sebagai penguasa yang sangat gigih melawan penjajahan Belanda. Ia bahkan wafat di Sulawesi Selatan, saat bertempur melawan VOC bersama rakyat bugis. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai Raja-raja Kerajaan Kutai Kartanegara Aji Batara Agung Dewa Sakti 1300-1325 Aji Batara Agung Paduka Nira 1325-1360 Aji Maharaja Sultan 1360-1420 Aji Raja Mandarsyah 1420-1475 Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya 1475-1545 Aji Raja Mahkota Mulia Alam 1545-1610 Aji Dilanggar 1610-1635 Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa 1635-1650 Aji Pangeran Dipati Agung 1650-1665 Aji Pangeran Dipati Maja Kusuma 1665-1686 Aji Ragi 1686-1700 Aji Pangeran Dipati Tua 1700-1710 Aji Pangeran Anum Panji Mendapa 1710-1735 Sultan Aji Muhammad Idris 1735-1778 Sultan Aji Muhammad Aliyeddin 1778-1780 Sultan Aji Muhammad Muslihuddin 1780-1816 Sultan Aji Muhammad Salehuddin 1816-1845 Sultan Aji Muhammad Sulaiman 1850-1899 Sultan Aji Muhammad Alimuddin 1899-1910 Sultan Aji Muhammad Parikesit 1920-1960 Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II 2001-2018 Sultan Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat 2018-sekarang Baca juga Kesultanan Banjar Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Masa Kejayaan Keruntuhan Kerajaan Kutai Kartanegara Kemunduran Kerajaan Kutai Kartanegara dapat dirasakan ketika mulai menjadi bawahan Kesultanan Banjar. Mulai 1787, secara de facto kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Belanda setelah acara penyerahan kekuasaan dari Kesultanan Banjar. Kemudian pada 1825, atas inisiatif G. Muller yang menjadi residen di Banjarmasin, Kerajaan Kutai Kartanegara diikat secara resmi oleh Belanda. Hal ini dilakukan karena Kutai memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari hasil batu bara, sarang burung walet, emas, dan hasil hutan. Keadaan kerajaan menjadi semakin terpuruk dengan kedatangan perompak dari Sulu yang mengganggu stabilitas perdagangan dan ekonominya. Hingga masa kependudukan Jepang, status Kerajaan Kutai Kartanegara belum berubah, yakni masih menjadi daerah vasal. Seiring pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda, wilayah Kesultanan Kutai Kertanegara tergabung dalam Republik Indonesia Serikat. Kemudian pada 21 Januari 1960, pemerintahan Kerajaan Kutai Kertanegara resmi berakhir setelah serah terima dari Sultan Aji Muhammad Parikesit dalam Sidang Khusus DPRD Daerah Istimewa Kutai di Tenggarong. Baca juga Prasasti Yupa Fungsi dan Isinya Kerajaan Kutai Kartanegara dihidupkan kembali Pada 1999, Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais, berniat untuk menghidupkan kembali Kerajaan Kutai Kartanegara. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menghidupkan feodalisme, tetapi untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya. Setelah mendapatkan persetujuan presiden, Putra Mahkota Kerajaan Kutai Kartanegara, Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara. Peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara Kompleks makam sultan Kutai Kartanegara Mahkota emas sultan Kutai Pedang Sultan Kutai Kalung Ciwa Referensi Amarseto, Binuko. 2017. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta Relasi Inti Media. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
MALAM itu larut. Sayup terdengar suara jangkrik beradu bunyi dengan radio tua yang mengerang. Itulah sekeping ingatan tentang dua dasawarsa lalu. Kala itu, kurun 1980-an, radio menjadi primadona yang sangat akrab. Segala aktivitas pastilah ditemani suara yang keluar dari mesin kotak itu. Apalagi ada serial Saur Sepuh. Masih ingatkah? Sandiwara radio itu merakyat, akrab di telinga masyarakat Indonesia dari segala umur. Saur Sepuh ialah sandiwara radio yang menjadi legenda terbesar dari sandiwara radio yang pernah ada di Indonesia. Saur Sepuh merupakan karya Niki Kosasih almarhum yang bercerita tentang perjalanan seorang pendekar sakti mandraguna bernama Brama Kumbara yang kelak menjadi raja di salah satu kerajaan di wilayah kulon yang bernama Madangkara. Saur Sepuh mengambil latar pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman Kerajaan Majapahit. “Sampurasun.” “Rampes.” Dari serial itulah, sapaan sampurasun dan rampes akrab di telingga pendengar Saur Sepuh. Kalimat itu seolah menjadi lagu wajib ketika seorang dalam lakon itu bersua dengan lakon lain. Di era 80-an, serial drama radio bertema sejarah atau kerajaan, khususnya kerajaan Jawa dan Sunda, sangat populer. Ceritanya seru dan menarik sehingga membuat banyak orang betah bergerombol berlama-lama di depan radio. Lewat sandiwara radio tersebut, secara tidak langsung, saya diajak belajar mengenal beragam kearifan dan budaya yang salah satunya adalah salam sampurasun’. Salam yang terdengar bersahaja, akrab, dan enak didengar sehingga dengan cepat menjadi populer. Bukan hal yang aneh, tentu saja, ketika mengucapkannya pada masyarakat Sunda yang banyak berdiam di daerah Jawa Barat. Banyak yang menganggap sampurasun berarti permisi, sedangkan rampes artinya silakan. Namun, ternyata, sampurasun tersebut memiliki arti yang jauh lebih dalam. Ucapan itu banyak memiliki versi makna, tetapi secara umum makna dari kalimat tersebut merujuk pada sebuah ucapan yang berisi kesantuan hidup, maafkanlah aku, sempurnakanlah diriku, bukakanlah pintu untukku. Dalam tulisannya, budayawan Sunda sekaligus Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengungkap sampurasun berasal dari kalimat bahasa Sunda sampurna ning ingsuh yang memiliki makna sempurnakan diri Anda’. Kesempurnaan diri ialah tugas kemanusiaan yang meliputi penyempurnaan pandangan, penyempurnaan pendengaran, penyempurnaan pengisapan, dan penyempurnaan pengucapan yang semuanya bermuara pada kebeningan hati. Pancaran kebeningan hati akan mewujud sifat kasih sayang hidup manusia. Masyarakat Sunda menyebutnya sebagai ajaran siliwangi, yakni silih asah, silih asih, silih asuh. Sempurna yang dimaksud yaitu menyempurnakan mata supaya semakin tajam penglihatannya. Menyempurnakan telinga untuk memertajam pendengaran. Menyempurnakan lidah supaya tidak asal bicara yang berbuntut bisa menyakiti perasaan orang lain. Pada gilirannya, perwujudan dari nilai tersebut akan melahirkan karakter waspada. Sikap itu bukanlah sikap curiga pada seluruh keadaan, melainkan merupakan manifestasi dari perilaku welas asih. Selalu bersikap tolong-menolong pada sesama hidup. Budaya gotong royong Sikap itu juga melahirkan budaya gotong royong yang dilandasi semangat komunalitas yang bermuara pada kesamaan titik penggerak pada Sang Maha Tunggal. Ada pula pemaknaan lain. Kata sampurasun merupakan singkatan dari sampura hampura yang artinya punten. Kata itu singkatan dari abdi nyuhunkeun dihapunten saya mohon dimaafkan. Dengan demikian, ketika seseorang mengucapkan sampurasun, jawabannya tentu saja rampes yang artinya baik dimaafkan. Dalam adab dan tata kramanya, ketika sampurasun diucapkan, pengucapannya harus disertai dengan merapatkan kedua telapak tangan sambil menghadap kepada orang yang kita sapa. Berkaitan dengan usia, terdapat dua cara yang bisa dilakukan. Pertama, menghaturkan sikap sembah di depan wajah sambil menunduk. Hal itu dilakukan bila lawan sapa berusia lebih tua. Kedua, menghaturkan sikap sembah di depan dada dengan wajah menunduk. Hal itu dilakukan ketika lawan bicara berusia lebih muda. Sampurasun ialah watak peradaban yang penuh cinta kasih. Ajakan untuk mencapai kesempurnaan itu bermuara dari hati. Selalu diucapkan dari dalam hati yang paling dalam. Sampurasun merupakan kekuatan kata yang bersumber dari hati yang mungkin terucap atau mungkin tidak terucap karena dimensinya bukan saja dimensi ruang, melainkan juga dimensi luar ruang, pada langit kemuliaan diri kita, maafkanlah aku, sempurnakanlah diri, bukakan pintu hatiku. Apa pun pemaknaan sampurasun, yang jelas, kalimat itu ialah kalimat baik dan, tentu, membawa pada kebaikan. Karena itu, perlulah itu dikumandangkan sebagai salah satu bentuk ekspresi kearifan lokal. Dari situlah, Sampurasun World Ethnic Festival 2016 menjadi layak untuk diberi perhatian khususnya sebagai upaya untuk melestarikan ungkapan salam yang berbasis pada kearifan lokal. Bukan hanya melestarikan malah, melainkan juga menyiarkan agar salam khas masyarakat Sunda itu bisa dikenal. Diadakan di Purwakarta, fertival ini semoga bisa membuka mata dunia terhadap budaya Indonesia. M-2
- Kerajaan Malaka adalah kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura yang kemudian mengalami pemindahan ibu kota ke Melaka karena serangan dari Jawa Majapahit dan Siam Thailand. Letak geografis Kerajaan Malaka berada di dekat Selat Malaka, yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Kerajaan Malaka berdiri pada abad ke-15, hingga akhirnya runtuh pada abad Kerajaan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Hindu keturunan Palembang. Puncak kejayaan Kerajaan Malaka dapat diraih ketika dipimpin oleh Sultan Mansur Syah, yang berkuasa antara 1459-1477 M. Pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menguasai Pahang, Kedah, Trengganu, dan sejumlah daerah di satu abad berdiri, Kerajaan Malaka runtuh pada 1511 M karena serangan Portugis. Baca juga Raja-Raja Kerajaan Malaka Sejarah awal Kerajaan Malaka Sejarah Kerajaan Malaka bermula saat Parameswara mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada 1405 M untuk meminta pengakuan atas kedaulatan wilayahnya. Hubungan diplomasi yang diinginkan Parameswara berjalan dan Kaisar Tiongkok setuju untuk memberi perlindungan pada Malaka. Sejak saat itu, Kerajaan Malaka berdiri dan dapat terhindar dari serangan Siam.
- Kutai Martadipura merupakan kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, atau lebih tepatnya di hulu Sungai Mahakam. Dilansir dari Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia yang ditulis oleh Anton Dwi Laksono, Kutai Martadipura berdiri sejak abad ke-4 Masehi. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan melalui penemuan prasasti Yupa di daerah menjadi raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kutai. Ia diduga sebagai seorang kepala suku yang akhirnya mengubah sistem politik setelah ajaran Hindu-Buddha masuk ke daerah tersebut. Baca juga 7 Peninggalan Kerajaan Islam di Jawa, Wisata Religi hingga Keraton Masa kejayaan Kutai Martadipura Berdasarkan kisah yang tertulis di Prasasti Yupa, Kerajaan Kutai berhasil meraih puncak kejayaan di bawah pimpinan Maharaja Mulawarman. Ia naik takhta untuk menggantikan sang ayah, Raja Aswawarman. Mulawarman berhasil memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai. Di masa jaya ini, Kutai disebut-sebut telah menguasai hampir seluruh bagian Pulau juga Kerajaan Kutai Masa Kejayaan, Silsilah Raja, dan Peninggalan Tak hanya itu, penduduk juga hidup dengan tenteram dan sejahtera selama masa kekuasaan Mulawarman. Lokasi kerajaan yang begitu strategis juga menunjang perkembangan Kutai secara pesat. Kerajaan ini terletak di jalur perdagangan antara China dan India. Perniagaan mejandi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan ekonomi masyarkat selain pertanian. Keruntuhan Kerjaan Kutai Martadipura Masa kejayaan Kutai ini sayangnya harus berakhir pada masa kekuasaan Maharaja Dharma Setia. Bahkan pada 1365, Sang Maharahaja tewas di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Dengan tewasnya Dharma Setia, Kerajaan Kutai Martadipura pun runtuh dan dikuasai oleh Kutai Kartanegara. Kerajaan yang juga disebut Negarakertagama ini kemudian berubah menjadi kerajaan Islam. Baca juga Raja-Raja Kerajaan Kutai Sejak tahun 1735, Raja Kutai Kartanegara diubah bergelar sultan. Kerajaan itu pun berubah menjadi kesultanan.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ada yang ingat kisah saur sepuh? Saya ingat sedikit jikayang dimaksud adalah sandiwara radionya. Meski keluarga saya penggemar berat tidak pernah ketinggalan, saya hanya mengingat-ingat di saat akhir penyiaran. Tetapi saur sepuh adalah film yang ditonton di bioskop keluarga, saat itu jaringan bioskop murah di Palembang masih banyak dan masih diminati, sebelum beredarnya film berjudul erotis itu sepuh itu menarikminat saya memahami perkembangan kerajaan di Indonesia, mungkin lebih tepatnya perkembangan kerajaan di Jawa. Karena pelajaran sejarah pada masa saya sekolah,dan tampaknya sampai saat ini adalah jawa sentris. Kami, anak-anak yang dibesarkan di Palembang akan sangat mudah menyebut nama-nama kerajaan di Jawa, tetapi membedakan Kedutan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang akan tergagap, bahkan masih banyaak yang kaget jika Pabrik Pupuk itu sebenarnya berdiri di Petilasan Istana Kesultanan Palembang, Benteng Kuto juga dipaksa meyakini teori bahwa raja paling masyur di Sriwijaya adalah Bala Putra Dewa, seorang keturunan Wangsa Syailendra,adik ratu Holing Kalingga. Ia menjadi raja di Sriwijaya karena kesal dengan keputusan sang kakak, Pramodawardhani yang menikahi Raja Hindu, Rakai Pikatan sampe perang deh. Sang Adek kalah dan pindah ke Swarna Bumi,membangun kerajaan menjadi besar sampai namanyapun diabadikan dalam sebuah prasasti yang dikeluarkan oleh seorang raja bernama Dewapaladewa atas nama Balaputradewa. Prasasti tersebut ditemukan di Nalanda, India bagian timur negara bagian Bihar. Isinya tentang pendirian bangunan atau tempat ibadah di Nalanda oleh Raja Balaputradewa. Meski teori mengenai siapa Bala Putra Dewa, atau bahkan Dinasti Syailendra sebenarnya memang berasal dari Sumatra bukansebaliknya juga berkembang, tetapi bukan itu yang saya pelajari saat saya sekolah ke saur sepuh, saya dulu sempat penasaran dengan nama kerajaan Madangkara. Karena salamnya "sampurasun", saya kira berada di tanah Sunda, apalagi petualangannya sampai bertemu Biksu Tibet yang tertantang dengan kesaktian Brama yang dibuat kesal dengan saya yang bertanya mengenai kerajaan Madangkara ini. Saya ingat betul ekspresi para tua-tua yang kesal dengan saya jika bertanya demikian, apalagi salah satu judulnya adalah "Banjir Darah di Bubat". Saya yang lahir dan besar di Palembang,tetapi suku mayoritas di Kampung saya hanya Jawa dan Tionghoa, jadi mendapat pemahaman penuturan pun malah lebih pada babad tanah jawa. Mendapat penjelasan dengan lancar mengenai kisah perang Bubat, yang menurut versi mereka yang asli,bukan fiksi seperti saur sepuh. rasa penasaran saya berakhir,Saur sepuh dengan kisah ksatria Madangkara dengan ajian sakti serat jiwa benar-benar fiksi,tak ada satupun benar kerajaan yang disebut pun tidak pernah saya temukan di buku teks sekolah. Hingga obrolan ringan saat ngopi, eh saya ngeteh kok menyebutkan bahwa ada kerajaan maritim yang kuat dengan perdagangannya di Pantai Timur Sumatera bernama Kantoli, dengan penuturannya adalah kerajaan itu adalah kerajaan yang menaklukkan Madangkara, yang menyebabkan Brama Kumbara berlatih kanuragan siang dan malam demi mengembalikan kejayaan Madangkara yang diinvasi oleh Kuntala. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
kerajaan madangkara dan kuntala terletak dimana